Skip to main content

BPJS Bikin Baper #Part Two


Setelah dua kali periksa ke Bu Dokter cantik, linu gigi geraham Ayah sudah berkurang. Siap-siap cabut gigi, yeayyy. Saya tahu Ayah grogi, badan segede Captain Amerika tapi mental kalah kala disuruh duduk di kursi khusus pasien gigi. Tueng tueng ..

Memang dasar cerita BPJS ini menjadi serial. Bu Dokter tidak sanggup mencabut gigi geraham bungsu yang tinggal secuil itu. Katanya  karena sisa gigi sedikit, sedang akar gigi masih banyak dan posisi miring mengarah ke pipi. Parahnya gigi geraham bagian depan pun tertumbuk sehingga harus dicabut bersamaan. Waaww cabut satu gratis satu haha. Iya cabut dua gigi sekaligus, dan ini  sudah masuk ranah operasi kecil yang harus dilaksanakan di Rumah  Sakit.

Oke, hari Kamis pun dipilih, pagi hari Ayah rontgen ke Lab , langsung daftar ke Rumah Sakit atas rujukan Bu Dokter cantik. Pukul 13.00 Ayah disarankan langsung masuk kamar untuk observasi. Operasi baru dilaksanakan jam 17.00 dan selesai 17.30. Lancar !! Eaaa..

Tapi  walaupun  tergolong operasi kecil , biayanya cukup besar, begitu kata perawat saat saya minta naik kelas perawatan dari kelas II ke kelas I. Prosesnya mudah , hanya cukup tanda tangan saja. Prediksi awal biaya yang saya keluarkan tak lebih dari biaya selisih kamar.

Esok hari, baru Ayah boleh pulang. Observasi pasca operasi sesungguhnya hanya 4 jam, jadi jam 21.00  malam itu juga seharusnya sudah bisa pulang, namun karena kendala administrasi, baru esok siang baru turun rincian biaya.
Total biaya sekitar Rp.6,4 juta.
Cover BPJS Rp.4,6 juta
Kekurangan Rp.1,8 juta
Mahal juga ya kekurangannya , ternyata tidak hanya biaya kamar tapi juga biaya tindakan yang dianggap tidak dicover BPJS kelas II.

Secara umum pelayanan baik, petugas Rumah Sakit bahkan dokter berkenan menelpon pasien yang sudah mendaftar ke poli sehingga tidak perlu menunggu sangat lama di Rumah Sakit.
Well bersegera direumberskan Rp.1,8 juta ke kantor saja.

Comments

popular post

Kapan Waktu Terbaik Mengajarkan Anak Naik Sepeda?

Serba-serbi Kurikulum 2013 (K13)

Jadi Bapak Rumah Tangga, Kenapa Tidak ?

Merencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini, Perlukah ?