Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2017

KECERDASAN EMOSI

Kecerdasan  Akademik diajarkan di sekolah, dan itu pula yang menjadi barometer  kelulusan dan kepintaran siswa yang kemudian secara sistemik membuat gap antara si jenius  dan si gaduh. Bagaimana dengan kecerdasan emosi ? Adakah sekolah yang mengajarkan hal berkut : 1.        Anak belajar berbagi makanan, berbagi mainan. Saling memberi dan menerima. 2.        Anak belajar mendengar perkataan (pendapat) orang lain. 3.        Anak belajar tidak hanya perkataan  dirinya yang harus selalu didengarkan. 4.        Anak belajar tidak mudah menyalahkan orang lain atas suatu kejadian. 5.        Anak belajar mencari solusi masalah daripada sekedar membahas kesalahan orang lain. 6.        Anak belajar  mengambil keputusan terbaik  dari permasalah yang ada. 7.        Anak belajar menjadi pemimpin dirinya sendiri untuk kemudian bisa mengarahkan teman-temannya melakukan hal baik bersama. Kecerdasan emosi akan membantu anak mencapai suksesnya, akan membuat anak di sukai orang-ora

PEREMPUAN BERKALUNG PULPEN

Juli 2016 saya mengikuti kelas serbu (serba seratus ribu) yang di adakan #IndscripteCreative, yaitu SALES PLAN.  Sebelumnya sudah ikut kelas menulis  #SEKOLAHSPEREMPUAN  dan kelas #SEKALINULIS JEBOL MEDIA. Tahun 2017 ini planning nya ikut kelas blogging ! makiin syibuuuk J belajar, action nya KAPAN? Salah satu tugas kelas SALES PLAN yang  diberikan mentor tercintah Teh @Indarimastuti adalah membuat list bisnis yang dikerjakan, foKus pada satu bidang dan kembangkan. Ini list saya sebagaimana banyak perempuan lain di duniaaah, yang punya banyak keinginan  : 1.        Distributor Master frozen food 2.        Lilyblossom_batik 3.        Reseller GDM Beauty Secret 4.        KeenCho praline 5.        STOP Tak boleh banyak-banyak sama mentor cantik. Jangan jualan palugada. Fokus pada satu bidang maka duit ngalir lebih kencang. Aiiih… Semua bisnis itu saya lakukan karena passion (apaaan..). Maksudnya kesukaan. 1.        Master  frozen food, karena saya butuh makanan instan n

INVESTASI CERDAS ala Bunbun

#1stsession Masih ingat dengan konsep 40-30-20-10 ? Waah apa itu : 10% dari gaji untuk  TABUNGAN (lallallaaaaa…) 20% dari gaji untuk biaya HOBI dan sosial (beli baju,travelling ,wisata kuliner , kondangan ) 30% dari gaji untuk bayar HUTANG termasuk kartu kredit  ( ambil kalkulator) 40 % dari gaji untuk HIDUP sehari-hari  (what ? ga cukup dong !) Yang belum paham, bisa baca  wonten mriki Kalau sudah lulus dari  drama surplus defisit rumah tangga, mari lanjut ke belajar bareng berinvestasi. Eits , serem amat ngomongin investasi , macem berkebun emas atau invest di koperasi  C*** atau P***. Males aah. Bukaaaaan. INVESTASI = RISIKO+TUJUAN+HASIL INVESTASI Ada tiga faktor yang harus kita perhatikan saat berinvestasi yaitu risiko, tujuan finansial dan hasil investasi itu sendiri. Apa sebenarnya yang kita takutkan dari berinvestasi ? RISIKO.             “ Uang saya aman gak ?”             “ Uang saya bakalan berkurang gak ?”             “ Jangan-jangan s

Bangga Menggunakan Produk UKM

#serialbunbun Saat Anda membeli  sebuah produk dari suatu usaha kecil mikro(UKM). Anda TIDAKlah menolong seorang CEO untuk membeli rumah ke-3 untuk berlibur. Akan tetapi Anda telah menolong seorang gadis kecil dan anak laki-laki memperoleh hadiah yang dia inginkan, atau para ibu dan ayah yang bisa menghidangkan makanan di meja makan bagi keluarga kecilnya. Boleh jadi yang produk yang  Anda beli adalah produk yang sederhana, tanpa merk atau bukan brand yang terkenal. Boleh jadi produk tersebut belum secara resmi berijin dari  BPOM melainkan hanya PIRT saja atau bahkan tidak terdaftar di lembaga manapun. Akan tetapi belum tentu tidak berkualitas dan tidak aman dikonsumsi bukan? Boleh jadi produk mereka belum tersertifikasi #HALAL MUI. Akan tetapi belum tentu produk yang mereka jual tidak halal bukan? Boleh jadi mereka belum memiliki sertifikat organik. Akan tetapi mereka selalu berusaha menjaga produknya sesuai kaidah industri makanan organik dan kearifan lokal. Boleh

Metode Pendidikan Efektif (3)

#serialbunbun Selalu diawali bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Mengapa ibu ? Bagaimana jika ibu dan ayah sama-sama bekerja ? Apakah beban pendidikan anak tetap dibebankan lebih besar pada ibu ? Mari kita telisik musababnya dari kacamata logika kekinian J MASA SEKOLAH Ada sebagian  ibu yang  memilih homescholling untuk pendidikan putra-putrinya. Baik diajari sendiri maupun  memanggil guru ke rumah atau mengikuti pendidikan online. Apapun metodenya, tujuannya sama, semua orang tua menginginkan anak menjadi pintar, berakhlaq baik, mandiri dan kelak mampu menaklukkan dunia. (apaseh…:-p) Saya termasuk golongan ibu yang tak terlalu pintar dalam hal akademis. Sehingga saya memilih bersusah payah survey sekolah terbaik (versi saya) yang memiliki visi misi sama (taelahhh…) Saya menginginkan sekolah yang memberikan bekal ilmu agama dengan porsi lebih banyak dari sekolah umum. Era digital dan pergaulan anak generasi Y sulit ditebak. Sekolah fullday menjadi pilihan saya dan

Metode Pendidikan Efektif (2)

#serialbunbun Selalu diawali bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Mengapa ibu ? Bagaimana jika ibu dan ayah sama-sama bekerja ? Apakah beban pendidikan anak tetap dibebankan lebih besar pada ibu ? Mari kita telisik musababnya dari kacamata logika kekinian J MASA BALITA Baik ibu bekerja di luar rumah maupun ibu bekerja dari rumah, tanggung jawab pendidikan anak terbesar memang berada di pundak ibu. Bukan berarti suami ongkang-ongkang kaki ya... Secara fitrah suami adalah pencari nafkah utama, meski ada kondisi tertentu saat pendapatan istri lebih besar dari pendapatan suami. Allah menganugerahkan hormon kesabaran yang jauh lebih banyak dalam aliran darah ibu, sehingga mampu mendidik bayi yang sebelumnya tidak bisa apa-apa menjadi anak yang bisa melakukan banyak hal. Ujian sabar para ibu inilah yang berbalas surga di telapak kaki nya. Sabda Rasulullah   Shallallahu ‘alaihi wa sallam  Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia tujuh tahun, dan puku

Metode Pendidikan Efektif

#serialbunbun  Selalu diawali bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Mengapa ibu ? Bagaimana jika ibu dan ayah sama-sama bekerja ? Apakah beban pendidikan anak tetap dibebankan lebih besar pada ibu ? Mari kita telisik musababnya dari kacamata logika kekinian J MASA KEHAMILAN Perempuan, ibu, dianugerahi kemampuan hamil. Ada nutfah anak manusia dibenamkan dalam rahim ibu. Lebih dari sembilan bulan (normal) bayi bernafas bersama detak jantung ibunya. Seberapa pun perhatian laki-laki (suami) kepada perempuan (istri) akan kegendutan perutnya, tetaplah bayi selama 24 jam bersama ibunya. Walau si Ayah sering mengaji disamping perut istri, walau si Ayah rajin membacakan buku cerita, tetaplah bayi lebih banyak berinteraksi dengan ibunya. Disitulah bonding pertama terbentuk. Inilah yang dinamakan fitrah perempuan. Menjadi ibu, melahirkan anak. Hal yang tidak bisa dilakukan laki-laki, Bapak. Bagaimana dengan perempuan hamil yang ngidam aneh-aneh. Minta rujak tengah malam, mie god

Berdamai Dengan Masa Lalu.

Facebook itu madu sekaligus racun. Manis rasanya saat stalking status teman sehingga tahu aktivitasnya, namun menjadi racun saat waktu 2 jam terbuang untuk baca atau sekedar urun (bagi) jempol. Selintas saja membaca status teman yang sedang terbang di atas pegunungan Alpen membuat mata saya berkaca. Asyiknya bisa tamasya keluar negeri. S cholarship atau bahkan bekerja disana. Ada beberapa teman yang berstatus  abdi negara pernah mencicipi hidup di luar negeri mulai dari cuma Singapura, Korea, Australia, Inggris , Swedia, Belanda hingga Perancis ! Ngiri ! Itu yang saya rasakan, kenapa dulu saya tidak  belajar TOEFL dan conversation lebih keras sehingga scholarship akan berpihak pada waktu saya masih bujang sehingga  living abroad  bukan sekedar mimpi. Sementara sekarang, saya terdampar di daerah pesisir pantai utara menyaksikan warga lokal menarikan canting diatas selembar kain. Warna-warni hasilnya sebagai salah satu kekayaan  budaya Indonesia, batik. Pun kemarin baru

Si Cantik Bright Gas 5,5 kg

Minggu lalu tetiba ada  sosialisasi penggunaan bright gas dari Pertamina. Tumbeen, begitu saya dan teman-teman kantor menanggapi undangan tersebut. Prasangka kami, ada udang di balik bakwan. Intinya pertemuan tersebut adalah memperkenalkan si Cantik Pinky, Bright Gas ukuran 5,5 kg. Bentuknya kompak menawan dengan warna jreng!  Total  beratnya hanya 13,6kg saja. Sedang Bright Gas  besar ukuran 12 kg, total beratnya hingga 27,1 kg. Semangatnya  adalah konsumen kelas menengah sewajarnya menggunakan si Pinky ini, karena LPG 3kg sebenarnya di peruntukkan untuk warga miskin. Sementara saat ini banyak hotel masih menggunakan tabung melon 3kg. Pun warga sosialita yang tinggal di apartemen, tapi masih menggunakan  LPG  yang disubsidi pemerintah. Karena tidak disubsidi , maka harga bright gas 5,5 kg jadi lebih mahal dari gas melon. Namun Pertamina menyakinkan produk baru ini  menggunakan  system pengamanan yang mengadopsi teknologi katup ganda DSVS (Double Spindle Valve System), Katup pad